07 Mar Kenali Penyebab Putusnya Timing Belt
Penyebab Putusnya Timing Belt
Setiap mesin memiliki pengaturan sistem atau prosedur agar bisa dapat bekerja dengan optimal. Salah satu yang prosedur kerja yang dijaga adalah mengatur kapan waktu bukaan katup-katup pada kendaraan dan hal itu dilakukan oleh timing belt. Timing belt merupakan komponen pada mesin kendaraan yang berfungsi menghubungkan antara komponen crank shaft (poros engkol) dengan cam shaft (poros nok).
Namun, akan jadi malapetaka ketika timing belt mengalami keausan dini atau putus mendadak. Putusnya timing belt dapat mengakibatkan terjadinya benturan antara katup dan piston mesin. Akibat benturan itu maka akan membuat katup dan piston menjadi rusak dan mesin tak lagi bisa beroperasi.
Dampak yang ditimbulkan bila terlambat mengganti timing belt sangat fatal. Selain biaya yang dikeluarkan relatif mahal karena harus turun mesin dan ganti komponen, keselamatan pengemudi juga dipertaruhkan. Makanya selalu cek kondisi timing belt secara berkala. Agar terhindar dari dampak yang sangat fatal itu, kenali beberapa penyebab timing belt mesin bisa mengalami keausan dini hingga putus berikut ini.
Kesalahan pemasangan
Penyebab putusnya timing belt bisa akibat kesalahan saat pemasangan. Kondisi timing belt yang terlalu tegang atau terlalu kendur dapat mempengaruhi kerja timing belt. Jika terlalu tegang lebih mudah membuatnya putus. Sedangkan jika terlalu kendur, dapat terjadi kesalahan waktu bukaan katup karena timing belt dapat bergeser.
Terlambat mengganti
Putusnya timing belt bisa disebabkan karena sudah aus dan terlambat diganti. Biasanya hal ini karena pemilik mobil sering menunda-nunda melakukan servis berkala. Sehingga pengecekan terhadap kondisi timing belt sering terlewatkan. Umumnya, timing belt diganti setelah kendaraan menempuh jarak 80.000 – 120.000 km. Bisa dipastikan dengan melihat buku manual kendaraan.
Baca Juga : Tips merawat mobil diesel dengan mudah dan tepat
Beban kerja kendaraan tinggi
Kerap menggunakan kendaraan dengan beban kerja tinggi juga dapat mempercepat keausan timing belt. Misalnya sering akselerasi penuh atau mengangkut beban berat, timing belt akan bekerja lebih keras sehingga membuatnya cepat aus dan mudah putus walau jadwal penggantian timing belt belum tercapai.
Nah, untuk menghindari keausan dini, timing belt perlu perawatan dan pemeriksaan secara berkala yaitu antara 40.000 km sampai 60.000 km. Perawatan berkala ini bertujuan untuk melihat kondisi timing belt dari kemungkinan retak, gerigi yang terkikis atau penurunan ketegangan belt. Jika ditemui retak sebaiknya diganti walau jadwal penggantian timing belt belum tercapai.
Terpapar oli
Hadirnya oli pada permukaan timing belt baik karena terkena oli saat mengisi atau menambah oli mesin, atau memang adanya kebocoran oli. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja timing belt hingga membuatnya putus. Segera bersihkan timing belt dari oli.